Selasa, 17 Juni 2014

RESUME KELOMPOK 12

RESUME KELOMPOK 12

MEMFASILITASI PERENCANAAN DAN MANAJEMEN PERKOTAAN DI TINGKAT DAERAH  MELALUI PENGEMBANGAN SDI
(STUDI KASUS LAHORE - PAKISTAN)

Ø PENDAHULUAN
Proporsi perkotaan dari total populasi dunia telah meningkat empat kali lipat dalam ABAD terakhir (PBB, 2006). Urbanisasi yang cepat ini bersama dengan kemajuan teknologi dan perubahan gaya hidup di perkotaan telah menghasilkan sejumlah masalah seperti keterjangkauan perumahan, pengangguran, kemacetan lalu lintas, polusi, kenakalan remaja, kejahatan meningkat, epidemi dan degradasi lingkungan. Menegaskan lebih banyak tekanan pada perencana kota dan manajer untuk perkotaan yang lebih baik dibutuhkan  perencanaan & manajemen.
Ø  IMPLEMENTASI GIS DALAM SDI
1.    Implemenatasi gis dalam SDI dapat berupa data data seperti data vektor, raster, alfanumerik dan multimedia. Data ini tersedia dalam format cetak atau digital
2.    Dalam kasus alfanumerik, dapat  diubah menjadi format digital menggunakan perangkat lunak database sederhana
3.    Data tentang penduduk, perumahan, fasilitas masyarakat, ekonomi dll dapat diproses untuk overlay pada peta
4.    Informasi tentang utilitas infrastruktur sangat penting untuk mengevaluasi daya tampung dan kapasitas  sesuai dengan hasil analisis
5.    Peta yang dihasilkan menampilkan berbagai jenis tanah mulai dari tanah yang paling cocok sampai dengan tanah yang kurang cocok.

Ø  ISU-ISU TERTENTU DALAM KASUS LAHORE SEBAGAI BERIKUT :
·      Sekelompok besar orang tidak mengetahui ketersediaan informasi spasial.
·      Tidak adanya metadata mempengaruhi penemuan dan informasi pemahaman isi
·      Integrasi informasi dari tingkat yang berbeda dengan berbagai skala, standar dan isi yang bermasalah mengurangi utilitas informasi.
·      Tidak adanya informasi spasial yang tepat dan pengetahuan yang menyebabkan duplikasi dan pemborosan sumber daya dan waktu yang mengarah ke kurang informasi pengambilan keputusan.
·      Pengumpulan informasi yang sama penundaan proyek dan dalam banyak kasus cepat perubahan dalam realitas tanah mengurangi efektivitas rencana dan sulit untuk melaksanakan.
·      Informasi tertentu tidak dapat ditagih di kemudian hari seperti cuaca dan keputusan pembuat harus bergantung pada pertimbangan dan estimasi.
·      Tidak ada pedoman yang tepat atau model yang tersedia kepada pihak berwenang lokal untuk berbagi informasi.

Ø KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Ø  Sebagai perencana kota sangat bergantung pada beragam jenis informasi dari berbagai departemen di berbagai tingkat pemerintah. Oleh karena itu, menjadi bermasalah  mengelola, berbagi, mengintegrasikan dan efektif memanfaatkan tersedia menginformasikan.
Ø   Perancangan SDI lokal pada konsep modern mendistribusikan komputasi seperti SOA dan pelaksanaannya tidak hanya akan meningkatkan  berbagi informasi dan aplikasi, tetapi juga akan membantu perencana perkotaan dan  pengambil keputusan untuk menghabiskan lebih banyak waktu dan sumber daya pada pembuatan kebijakan peningkatan.
REKOMENDASI
Ø  Ketersediaan informasi dalam format yang sesuai seperti tiga dan empat dimensi tidak hanya akan meningkatkan partisipasi publik dan transparansi, tetapi juga akan meningkatkan peluang bisnis. Ini akan menghemat waktu berharga dan sumber daya perencana dan memfasilitasi mereka dalam perencanaan dan manajemenyang lebih baik. Oleh karena itu, disarankan agar perencana di negara-negara berkembang harus mendapatkan keuntungan dari penelitian di negara maju  negara dan memulai upaya untuk merancang dan mengimplementasikan SDI untuk keputusan.





RESUME KELOMPOK 11

RESUME KELOMPOK 11

APLIKASI PENGINDRAAN JARAK JAUH DALAM PENGELOLAAN HUTAN MANGGROVE DI DALAM DAN BERBATASAN DENGAN KAWASAN KONSERVASI LAUT
KIUNGA, KENYA

Ø  LATAR BELAKANG

1.    Hutan manggrove Kiunga merupakan ekosistem pesisir yang vital untuk menopang keseimbangan alam dan perekonomian masyarakat setempat.
2.    Setiap tahun jumlah penduduk di sekitar KMNR/KMPA Kiunga terus bertambah dan menyebabkan over eksploitasi SDA hutan manggrove.
3.    Management hutan manggrove di Kiunga masih sangat lemah
“Sehingga dibutuhkan suatu penelitian inventarisasi sumberdaya alam dengan metode SIG untuk mengetahui jenis, jumlah, dan sebaran vegetasi manggrove di KMNR Kiunga untuk meningkatkan management hutan manggrove agar lebih terawasi”

Ø  GAMBARAN UMUM

1.    KMPA Kiunga diresmikan tahun 1979 dengan total area 25.000 Ha.
2.    Terletak utara Kota Lamu dengan kordinat geografis antara 2◦00S, 41◦13E di utara and 1◦37S, 41◦35E.
3.    Beriklim panas, suhu rata-rata 27 ◦C, curah hujan 400-500 mm/bln, bulan hujan panjang dari April-Mei dan pendek pada September-Desember (Bimodal) .
4.    Masyarakat setempat bekerja sebagai nelayan dan petani. Sebagian besar penduduk juga menjual produk hutan manggrove terutama kayu manggrove.

Ø  PENDEKATAN DAN METODE ILMIAH
       Foto udara dan transek wilayah.
                Data dasar untuk pemetaan sumberdaya adalah foto udara pankromatik skala 1 :25.000. Dari peta dasar kemudian dilakukan transek hutan manggrove untuk memetakan sample. Standard eror survey data 5%. Pemetaan dilakukan untuk :

1.    Pemetaan penggunaan lahan.
2.    Pemetaan rencana operasional lahan.
      Dari foto udara kesesuaian lokasi sampel dapat digambarkan dengan tonasi/ kombinasi spektrum warna. Sehingga setiap kombinasi warna akan mewakili kondisi sampel berupa kerapatan batang, tinggi batang, hingga volume.
      Survey data dilakukan dengan menyusuri area hutan manggrove di sepanjang pesisir pantai KMNR.

Ø  HASIL PENELITIAN
Peta Vegetasi
6 peta sebaran vegetasi di KMNR Kiunga yang dibuat berdasarkan informasi pada tabel-tabel berikut:





RESUME KELOMPOK 9
ASSESSING IMPLICATIONS OF LAND-USE AND LAND-COVER CHANGE (LUCC) DYNAMICS FOR CONSERVATION OF A HIGHLY DIVERSE TROPICAL RAIN FOREST
PENDAHULUAN
Jurnal ini difokuskan pada perubahan tutupan lahan hutan ke non-hutan (deforisasi) dari waktu ke waktu yang berdampak kepada keanakaragaman hayati, dengan melakukan analisis dinamika deforisasi di Selva El Ocote menggunakan metode integrasi antara penginderaan jauh dengan sistem informasi geografis (SIG) dan alat-alat standar untuk analisis.

Ø  HASIL ANALISIS
Perubahan Tutupan dan Penggunaan Lahan
Ø  HASIL ANALISIS
Skenario Masa Depan
Setelah dilakukan proyeksi terhadap penggunaan dan tutupan lahan dengan menggunakan data 1986 ke 1995 hinga tahun 2030, lahan yang ditutupi oleh hutan tropis akan kehilangan 29 % dari luas saat ini pada tahun 2030. Sementara jika menggunakan 1995 ke 2000 hasilnya 89 % dari luas hutan hujan tropis saat ini akan hilang pada tahun 2030



RESUME KELOMPOK III

FOREST FIRE MONITORING (PENGENDALIAN KEBAKARAN HUTAN DI PROVINSI RIAU)

Ø Penyebab dan luas Kebakaran Hutan di Provinsi Riau


Berdasarkan data dari Dinas Kehutanan Provinsi Riau/BBKSDA tentang perkiraan luas kerbakaran mulai tanggal 8 – 14 Februari 2014 di Provinsi Riau seluas 3.709 ha terdiri dari :
Ø  Penyebaran Titik Api (Hotspot) di Provinsi Riau

Analisis-Spasial-Titik-Api-di-Provinsi-Riau-Minggu-II-Februari-2014-Greenpeace-4.jpg

Ø  Kerugian dan dampak dari kebakaran hutan di provinsi riau
1.       Kerugian Ekonomi dimana Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB menginformasikan bahwa kerugian ekonomi akibat kebakaran hutan di Provinsi Riau mencapai Rp10 triliun
2.       Dengan terbakarnya hutan, satwa liar akan kehilangan rumah tempat mereka hidup dan mencari makan. Sehingga akan berakibat pada ketidakseimbangan ekosistem
3.       Kebakaran hutan di Indonesia akan membuat bangsa kita kehilangan bahan baku industri yang akan berpengaruh pada perekonomian
4.       Asap dari Kebakaran hutan yang akan membuat masyarakat terganggu dan terserang penyakit yang berhubungan dengan pernapasan
5.       Jumlah hutan yang terus berkurang akan membuat cuaca di Provinsi Riau cenderung panas

Ø KESIMPULAN

                         Penyebab kebakaran hutan dan lahan di Propinsi Riau ataupun di tempat lain di Indonesia bersumber pada kebijakan pengelolaan hutan, lemahnya peraturan perundangan dan penegakan aturan yang ada, dan mekanisme sistem/kelembagaan yang bertanggung jawab terhadap kebakaran hutan dan lahan.
                         Api tidak bisa sepenuhnya dihilangkan dari ekosistem hutan, beberapa tipe vegetasi hutan merupakan klimaks api. Pengurangan resiko kebakaran hutan dapat ditempuh dengan mempertimbanglkan kearifan lokal dari masyarakat tradisional Rimbawan telah menggunakan api dalam praktek kehutanan yang dikenal dengan istilah manajemen api dalam bentuk Swalling dan Prescribe Burning.


RESUME KELOMPOK II

RESUME KELOMPOK II

THE CITY OF BANDUNG AND REVIEW OF BANDUNG SPATIAL PLANNING STRATEGIES

Ø  PENDAHULUAN
Bandung atau "Paris Van Java" menghadapi tekanan pembangunan yang luar biasa. Kota padat karena dari sprawling perkotaan, pengembangan pusat perbelanjaan baru dan pengembangan ruas tol Cipularang (Cikampek - Purwakarta - Padalarang).Pada tahun 2005 untuk pemahaman yang lebih baik mengenai kondisi kota Bandung saat ini.
Ø  KONDISI FISIK
Bandung terletak di Jawa Barat , Indonesia . Ini adalah ibu kota Provinsi Jawa Barat . Letak geografis adalah 1070 32 ' 38,91 " E dan 60 55 ' 19.94 " S , sedangkan ketinggian adalah antara 675m dan 1'050 m di atas permukaan laut . Kondisi topografi Bandung dapat dikategorikan ke dalam dua bagian. Bagian Utara merupakan daerah pegunungan dengan panorama yang indah , sedangkan bagian selatan Kota relatif rendah dengan daerah pertanian dan rawa-rawa. Suhu rata-rata adalah 23,6 ° C , sementara curah hujan mencapai 156,4 mm ( rata-rata 15 hari hujan dalam setiap bulan )










                                                   PETA PENGGUNAAN LAHAN
Ø  Kota madya Bandung menyadari banyaknya strategi pembangunan perkotaan berkelanjutan, Rencana Kota Bandung dan Master Plan 2013. Salah satu strategi adalah untuk develop natural dan rencana pelestarian sejarah. Sayangnya, karena hukum, sosial, ekonomi saat ini sebagai masalah teknis, banyak dari strategi tidak dapat dilaksanakan sepenuhnya

Ø  Sebagai contoh, Master Plan 2013 yang gagal untuk mewujudkan daya dukung Bandung (Naturaland sosial). Karena urbanisasi yang cepat, Rencana Induk 2013 harus meningkatkan populasi penduduk Bandung dari 750'000 orang ("Rencana Karsten") sampai 3 juta orang. ditakutkan akan menciptakan masalah lebih lanjut dan tidak ada solusinya di Bandung seperti banjir, tanah longsor, kekurangan air tanah, dll

Ø  KESIMPULAN

Sebagai kesimpulan, karena kondisi yang ada dari pembangunan perkotaan di kota Bandung, pemerintah kota Bandung telah mencoba upaya terbaik dalam menentukan strategi pembangunan perkotaan berkelanjutan dalam Master Plan 2013. Sayangnya sangat sulit untuk menerapkan ini karena public acceptance atau tanggapan dari masyarakatnya rendah, pengendalian pembangunan kurang ketat serta keterbatasan hukum dan keuangan.


Kamis, 29 Mei 2014

RESUME KELOMPOK 14

RESUME KELOMPOK 14

ALAT UNTUK PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR TERPADU DI BELIZE, AMERIKA TENGAH

TIGA TUJUAN UTAMA:

Ø  Untuk menggambarkan perkembangan metodologi untuk menilai sumber daya kelautan berbasis pada kemampuan GIS
Ø  Untuk mendeskripsikan penggunaan menggabungkan data penginderaan jauh dengan aplikasi GIS.
Ø  Untuk menguraikan pendekatan yang diambil terhadap kerjasama kelembagaan, pengembangan pengumpulan data, manajemen infrastruktur yang berkelanjutan dan saling menguntungkan dalam konteks pengelolaan wilayah pesisir terpadu di Belize.

Pemetaan Usulan Selatan air Cay dengan Konservasi Laut

          Diusulkan tentang South Water Cay dengan Konservasi Laut (Gambar 1) sangat difficul untuk memetakan karena kurangnya tanah di banyak daerah. Dua upaya awal yang dilakukan oleh CCC, yang keduanya tidak memadai untuk tujuan pengelolaan sumber daya. Keduanya yaitu :




ž  pertama, pada tahun 1992, itu hanya peta dasar yang luas dari seluruh cadangan, yang dihasilkan oleh menukar garis-garis besar dari gundukan 1:35,000 foto udara monokrom.

RESUME KELOMPOK 8

RESUME KELOMPOK 8

PENDAHULUAN

       Kabupaten Sidoarjomarupakan salah satu Kota industri di Jawa Timur, keadaan potensi alamnya telah tercemar oleh limbah-limbah perusahaan yang ada di daerahnya
       Pergerakan dan perubahan kehidupan masyarakat sampai perekonomian  terdorong oleh adanya perkembangan teknologi. Contohnya adanya industri skala besar yang berkembang dengan pesat, hal ini yang menyebabkan timbulnya kerusakan lingkungan dari pencemaran lingkungan. Namun segi positifnya masyarakat dapat menikmati hasil produksi barang dan jasanya

                BadanPengendalian Dampak Lingkungan (BAPEDAL) Kabupaten Sidoarjo belum ada fasilitas untukmelakukan pencarian data perusahaan, pengolahan hasil survei pencemaran maupun pencatatan pencemaran tiap periode. Hal ini disebabkan karena data masih disimpan dalam bentuk arsip maupun komputer secara manual. Olehsebab ,itu Sistem Informasi Geografis untuk mengetahui tingkat pencemaran limbah pabrik sangat diperlukan demi mengenfesiensi waktu dan mempermudah dalam input data





KESIMPULAN

Dengan adanya aplikasi Sistem Informasi Geografis ini, akan mempermudah untuk menginformasikan daerah-daerah yang tercemari oleh limbah pabrik.  Karena dengan peta digital dalam bentuk database akan lebih mudah diolah dari pada peta digital yang dalam bentuk gambar digital biasa Dari aplikasi ini nantinya dapat ditampilkan peta Kabupaten Sidoarjo, yang didalamnya terdapat semua informasi tentang profil perusahaan, letak perusahaan dan disini juga dapat diketahui mana perusahaan yang tercemar oleh limbah, ataupun tidak tercemar.